POLITIK LUAR NEGERI PADA MASA ORDE
LAMA DAN MASA ORDE BARU
Ø Masa Orde Lama
Politik luar negeri suatu negara merupakan hasil
perpaduan dan refleksidari politik domestik suatu negara yang dipengaruhi oleh
perkembangan dansituasi regional maupun internasional.
1 Dalam masa ORLA (Orde Lama), politikluar negeri yang
dilakukan oleh Indonesia tidak lepas dari pengaruh dinamika politk
internasional pasca Perang Dunia II yang didominasi oleh Blok Barat danBlok
Timur dalam konteks perang dingin. Banyak negara-negara di dunia ini puntak
lepas dari arus konstelasi tersebut, mereka berlomba untuk menjadi aliansiBlok
Barat maupun Blok Timur. Posisi ini cukup membuat Indonesia mengalamimasa-masa
sulit sehingga terjadi konflik domestik antara golongan kiri yang pro terhadap
Blok Timur dan golongan kanan yang pro terhadap Blok Barat. Dalam situasi
politik seperti itu, Bung Hatta mencoba merumuskan arah politik
luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Pidato pertamanya mengenai politi
luar negeri indonesia yang bebas aktif, beliau mengatakan: “……Bebas artinya
menentukan jalan sendiri, tidak terpengaruh oleh pihak manapun sedangkan aktif
artinya menuju perdamaian dunia dan bersahabat dengan segala bangsa…” (Bung
Hatta, 1948) Praktek nyata dari prinsip tersebut kertuang dalam beberapa
hubungan internasional yang dilakuk oleh Indonesia yaitu, Pembentukan GNB
sebagai wujud ketidak berpihakkan Indonesia kepada Blok AS maupun Blok Soviet
(wujud maknabebas). Adanya penolakan oleh Soekarno atas intervensi AS di dalam
PerangVietnam (wujud makna aktif), Pencarian pengakuan kedaulatan pasca kemerdekaan
dengan menggunakan jalur diplomasi melalui perundingan-perundingan (wujud makna
aktif).
Berjalan dengan waktu, pemerintahan Indonesia berjalan kearah pros kiri. Pada masa ini Indonesia dikenal dengan politik luar negeri konfrontasi dengan Malaysia yang dipandang sebagai antek dari neo-kolonialisme dan imperialisme Inggris.Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno di era ini memiliki kecenderungan untuk menjalin hubungan dengan Uni Soviet yang berhaluan komunis.
Pembangunan SUGBK mendapatkan bantuan lunak dari Uni Soviet sejumlah
12,5 juta Dollar AS. Stadion dibangun mulai tahun 1958 dan pembangunan tahap
pertama selesai pada tahun 1962Secara jelas terlihat Indonesia pada saat itu
juga cenderung berporos keTimur dan dekat dengan negara-negara komunis seperti
Cina dan Uni Sovietdibandingkan dengan negara-negara Barat seperti Amerika
Serikat. Presiden Soekarno juga menetapkan politik luar marcusuar di mana
dibuatporos Jakarta-Peking-Phyongyang. Hal ini menyulut kontrofersi dimata
dunia internasional, karena Indonesia yang awalnya menyatakan sikap sebagai
negaranon-Blok menjadi berpindah haluan. Hal ini membuat tidak berjalan dengan efektifnya
politik luar negeri bebas aktif saat itu.
Ø Masa Orde Baru
Berakhirnya pemerintahan Soekarno yang diwarnai hal-hal
kontroversial seperti Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) pada akhirnya
tetap membawa Soeharto ke kursi pemimpin tertinggi pemerintahan dan negara
Indonesia. Pergantian kepemimpinan ini turut pula memberikan dinamika baru pada
struktur dan sistem politik maupun proses pengambilan keputusan pada masa itu.
Perbedaan arah politik luar negeri Indonesia dari orde
Lama ke Orde Baru dapat dilihat dari orientasi kebijakan luar negeri Indonesia
yang tidak lagi berdikari atau berorientasi ke dalam dan menutup diri dari
bantuan asing, namun juga berorientasi ke luar yakni berusaha membangun
hubungan persahabatan dengan pihak asing terutama negara-negara Barat.
Orientasi ke dalam berupa pembangunan didukung oleh adanya hubungan dengan
pihak asing bertujuan untuk melancarkan pembangunan itu sendiri. Kebijakan yang
digunakan pun kebijakan pintu terbuka, dengan meningkatkan investasi asing dan
mencari bantuan dana untuk merehabilitasi ekonomi Indonesia (Suryadinata, 1998:
44). Soeharto mengupayakan agar Indonesia mampu berperan dominan dalam
permasalahan baik regional maupun internasional. Konfrontasi yang ada pun
dikesampingkan terlebih dahulu dan mengedepankan perdamaian, karena menurutnya
stabilitas regional diperlukan untuk menjamin keberhasilan rencana pembangunan
(Suryadinata, 1998: 45). Fokus dan perhatian Indonesia pada faktor stabilitas
keamanan ini menunjukkan bahwa Soeharto mulai tertarik dengan politik
luar negeri.
Presiden Soeharto mulai menampakkan ketertarikannya pada
urusan politik luar negeri pada tahun 1980-an, khususnya setelah pemilu tahun
1982. Soeharto menjadi lebih aktif dalam perumusan politik luar negeri
Indonesia dengan menjalankan politik luar negeri tingkat tinggi bagi Indonesia
(Suryadinata, 1998: 63). Soeharto menjadi semakin percaya diri dengan
kemenangan mutlak yang diraihnya dan partainya dalam pemilu 1982. Politik luar
negeri Indonesia pun semakin berorientasi keluar. Indonesia semakin
berkeinginan untuk memainkan peran dominan dalam masalah regional maupun
ekstra-regional (Suryadinata, 1998: 46). Hal ini dapat dilihat dengan upayanya
memunculkan citra Non-Blok dan menjadi pemimpin Gerakan itu.
Meningkatnya peran aktif Soeharto dalam politik dalam
maupun luar negeri dapat dilihat dari masalah Timor Timur. Pada tahun 1980-an,
Timor Timur telah berada di bawah kendali Indonesia dan Soeharto merasa bahwa
saat itu adalah saat yang tepat bagi Indonesia untuk berperan aktif dalam
masalah-masalah internasional (Suryadinata, 1998: 63). Soeharto mulai
mengemukakan inisiatif-inisiatifnya berkaitan dengan masalah internasional dan
politik luar negeri Indonesia diantaranya tanggapannya terhadap peristiwa Dili
dimana ia berada dalam kendali penuh, proses normalisasi hubungan dengan RRC
walaupun ditentang oleh pihak militer dan masalah pengambilalihan Timor Timur.
Indonesia mulai aktif menunjukkan peran kepemimpinannya kepada kawasan regional
maupun dunia internasional. Indonesia mulai antusias mendukung APEC, terlibat
sebagai Ketua Gerakan Non Blok, menjadi penengah antara Singapura dan Malaysia
dan berupaya membantu memecahkan masalah Kamboja dimana hal ini dinilai oleh
banyak pengamat sebagai cara Indonesia menunjukkan kepemimpinan regional
(Suryadinata, 1998: 65-66).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar