* Istri-Istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Salah satu aturan syariat yang hanya berlaku
untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau diizinkan untuk
menikahi lebih dari 4 wanita.
Setiap orang yang memahami sejarah dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan benar, akan berkesimpulan, pernikahan yang beliau lakukan sangat sarat dengan tujuan yang mendukung dakwah.
Setiap orang yang memahami sejarah dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan benar, akan berkesimpulan, pernikahan yang beliau lakukan sangat sarat dengan tujuan yang mendukung dakwah.
Beliau pernah melangsungkan akad nikah dengan 13
wanita. Dua diantaranya meninggal sebelum beliau: Khadijah dan Zainab bintu Khuzaimah,
yang bergelar Ummul Masakin (ibunda orang miskin). Dua istri beliau lainnya
belum dikumpuli, dan sembilan istri beliau lainnya yang bertahan hingga beliau
wafat.
Berikut para ummahatul mukminin, para istri Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,
1. Khadijah bintu Khuwailid
radhiyallahu ‘anha
Ulama berbeda pendapat tentang usia khadijah
ketika menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keterangan yang sering kita dengar, beliau menikah dengan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam di usia 40 tahun. Berdasarkan riwayat yang disebutkan
oleh Ibnu Sa’d dalam At-Thabaqat Al-Kubro, dari Al-Waqidi. Dalam riwayat itu
dinyatakan:
وتزوجها رسول الله صلى الله عليه و سلم
وهو بن خمس وعشرين سنة وخديجة يومئذ بنت أربعين سنة ولدت قبل الفيل بخمس عشرة سنة
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menikahinya (Khadijah) ketika beliau berusia 25 tahun, sementara Khadijah
berusia 40 tahun.” (Thabaqat Ibn Sa’d, 1/132)
Akan tetapi dalam riwayat Al-Hakim dengan
sanadnya, dari Muhammad Ibnu Ishaq, beliau menyatakan:
وكان لها يوم تزوجها ثمان وعشرون سنة
“Pada
hari pernikahannya (Khadijah), beliau berusia 28 tahun.” (Al-Mustadrak
Al-Hakim, 11/157)
Kemudian dalam Al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu
Katsir mengatakan
نقل البيهقي عن الحاكم أنه كان عمر رسول
الله صلى الله عليه و سلم حين تزوج خديجة خمسا وعشرين سنة وكان عمرها إذ ذاك خمسا
وثلاثين وقيل خمسا وعشرين سنة
“Dinukil oleh Al-Baihaqi dari Al-Hakim bahwa usia
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menikah dengan
Khadijah adalah 25 tahun, sedangkan usia Khadijah ketika itu adalah 35 tahun,
ada juga yang mengatakan, 25 tahun…” (Al-Bidayah wa An-Nihayah, 2/295)
Allahu a’lam, tidak ada acuan yang cukup
menenangkan dan meyakinkan dalam hal ini, karena itu kita tidak perlu terlalu
mendalami. Lebih dari itu, orang tidak jadi sesat gara-gara salah dalam
menentukan tahun pernikahan Khadijah.
Khadijah merupakan istri pertama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. dan selama beliau bersama Khadijah, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak berpoligami sampai Khadijah meninggal. Dan semua
putra Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berasal dari pernikahannya
dengan Khadijah, termasuk diantaranya Fatimah istri Ali bin Abi Thalib, putri
bungsu dari Khadijah. Kecuali
satu, Ibrahim. Ibrahim berasal dari ibu Maria Al-Qibthiyah.
A’isyah radhiyallahu ‘anha mengatakan
tentang Khadijah,
مَا غِرْتُ عَلَى امْرَأَةٍ لِلنَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَةَ ، هَلَكَتْ ( أي :
ماتت ) قَبْلَ أَنْ يَتَزَوَّجَنِي لِمَا كُنْتُ أَسْمَعُهُ يَذْكُرُهَا
Aku tidak pernah cemburu terhadap semua istri
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana aku cemburu kepada
Khadijah. Beliau meninggal sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menikahiku, namun aku sering mendengar beliau menyebut-nyebut Khadijah.
(Khadijah 3815)
2. Saudah bintu Zam’ah bin Qois radhiyallahu
‘anha
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menikahinya di bulan Syawal tahun 10 kenabian (sekitar 3 tahun sebelum hijrah),
sebulan sepeninggal Khadijah radhiyallahu ‘anhuma. (Al-Bidayah wan Nihayah Ibnu
Katsir, 3/149).
Sebelum menikah, Saudah tidak memiliki keluarga
yang menanggung kebutuhannya selain sepupunya, Sakran bin Amr. Sepeninggal
Sakran, Saudah menjadi janda tanpa keluarga yang melindunginya. Sampai akhirnya
dinikahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau meninggal di
Madinah tahun 54 H. (Ar-Rahiq Al-Makhtum, hlm. 471)
3. A’isyah bintu Abi Bakr As-Shiddiq
radhiyallahu ‘anhma
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menikahi A’isyah di bulan syawal tahun 11 setelah kenabian. Dua tahun 5 bulan
sebelum hijrah dan setahun setelah beliau menikahi Saudah. (Ar-Rahiq
Al-Makhtum, hlm. 471)
Aisyah mengatakan tentang dirinya,
تَزَوَّجَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ ، وبنى بي وأنا بنت تسع سنين
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menikahiku ketika aku berusia 6 tahun. Dan beliau kumpul bersamaku ketika aku
berusia 9 tahun. (HR. Bukhari 3894 & Muslim 1422)
Beliaulah satu-satunya istri Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang dinikahi dalam kondisi masih gadis. (HR. Bukhari
5077). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi A’isyah di
usia muda, atas perintah Allah melalui mimpi beliau. Dan mimpi nabi adalah wahyu.
A’isyah, wanita yang berakhlak mulia dan sangat cerdas. Sebagian ulama
mengatakan, A’isyah adalah wanita yang paling paham tentang ajaran Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam di seluruh dunia. Karena jasa besar A’isyah, kita
bisa mengetahui banyak sunah di rumah tangga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Beliau meninggal pada tanggal 17 ramadhan, tahun 57 H. ada yang
mengatakan, tahun 58 H. dan jenazah beliau dimakamkan di Baqi’, yang sampai
saat ini menjadi incaran orang syiah. Mereka menggali kuburan A’isyah dan ingin
mereka rusak. Semoga Allah meridhai A’isyah dan menghancurkan makar syiah.
4. Hafshah bintu Umar bin Khatab radhiyallahu
‘anhuma
Beliau menjanda sepeninggal suaminya Khunais bin
Khudzafah As-Sahmi antara tahun 2 – 3 hijriyah. Setelah selesai masa iddah, Umar sang ayah
yang bertanggung jawab, segera mencarikan suami penggantinya. Beliau
menawarkan ke Utsman, namun Utsman belum berkeinginan menikah karena baru
ditinggal mati istrinya. Umarpun menawarkan ke Abu Bakr, namun beliau tidak
menggapinya, hingga Umarpun marah kepada Abu Bakr. Sampai akhirnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam meminangnya.
Setelah Hafshah dinikahi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, Abu Bakr menemui Umar dan bertanya, ‘Apakah kamu marah
dengan sikapku kemarin?’ ‘Ya.’ Jawab Umar. Kemudian Abu Bakr menjelaskan
alasannya,
فَإِنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ
أَرْجِعَ إِلَيْكَ فِيمَا عَرَضْتَ إِلا أَنِّي قَدْ عَلِمْتُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ ذَكَرَهَا ، فَلَمْ أَكُنْ
لأُفْشِيَ سِرَّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَلَوْ
تَرَكَهَا لَقَبِلْتُهَا
Tidak ada sebab yang membuatku tidak merespon
tawaranmu, selain karena aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menyebut-nyebut Hafshah. Dan Aku tidak layak membuka rahasia
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika beliau tidak
berkeinginan menikahi Hafshah, niscaya akan aku terima. (HR. Bukhari 4005)
Hafshah dikenal sebagai wanita yang ahli ibadah.
Sehingga beliau disebut Shawwamah (wanita rajin puasa) dan qawwamah (wanita
rajin shalat malam). Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga.
(HR. Al-Hakim 6753, beliau shahihkan dan didiamkan oleh Adz-Dzahabi). Hafshah
wafat di bulan Sya’ban tahun 45 H di Madinah, di usia 60 tahun dan jenazahnya
dimakamkan di Baqi. Hafshah merupakan salah satu istri Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang paling banyak dicela orang syiah. Semoga Allah meridhai Hafshah dan
membinasakan makar syiah.
5. Zainab bintu Khuzaimah radhiyallahu
‘anha
Beliau bergelar Ummul Masakin, karena sangat
belas kasih dengan orang miskin dan banyak bergaul dengan mereka. Sebelumnya,
beliau bersuami Abdullah bin Jahsy radhiyallahu ‘anhu. Kemudian Abdullah
meninggal di perang Uhud. Di tahun 4 H, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menikahinya. Namun usia pernikahan beliau tidak lama. Setelah tiga bulan
berlangsung, Zainab menuju rahmat Allah, di bulan rabiul akhir, tahun 4 H.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menshalati jenazahnya dan
beliau dimakamkan di Baqi.
6. Ummu Salamah, Hindun bintu Abi Umayyah
radhiyallahu ‘anha
Ummu Salamah, sebelumnya menjadi istri Abu
Salamah radhiyallahu ‘anhuma. Bersama Abu Salamah beliau memiliki beberapa anak. Pada tahun 4 H,
kesedihan melanda keluarganya. Abu Salamah, sang suami tercinta meninggal
dunia. Namun dia tidak hanyut dalam kesedihannya. Dia teringata pesan Nabi agar
membaca satu doa ketika tertimpa musibah,
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ ، اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي ، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا
مِنْهَا
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, ya Allah,
berikanlah pahala atas musibah yang menimpaku dan gantikanlah aku dengan yang
lebih baik.
Karena siapa yang membaca doa ini akan Allah
gantikan yang lebih baik. Ketika hendak berdoa, wanita sholihah ini bergumam,
أُعَاضُ خَيْرًا مِنْ أَبِي سَلَمَةَ؟
ثُمَّ قُلْتُهَا، فَعَاضَنِي اللَّهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
وَآجَرَنِي فِي مُصِيبَتِي
“Saya
diberi ganti yang lebih baik dari pada Abu Salamah? Akupun tetap membacanya.
kemduian Allah gantikan suami untukku Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dan Allah berikan pa padahal untuk musibahku.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjadi pengganti Abu Salamah untuknya. (HR. Muslim 918).
Terkenal dengan wannita cerdas, memberi saran
suaminya dan mendukung dakwah suaminya. Lebih dari itu, beliau dikenal wanita
yang menawan.
A’isyah mengungkapkan isi hatinya terkait Ummu
Salamah,
لَمَّا تَزَوَّجَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّ سَلَمَةَ حَزِنْتُ حُزْنًا شَدِيدًا
لِمَا ذَكَرُوا لَنَا مِنْ جَمَالِهَا ، قَالَتْ : فَتَلَطَّفْتُ لَهَا حَتَّى
رَأَيْتُهَا ، فَرَأَيْتُهَا وَاللَّهِ أَضْعَافَ مَا وُصِفَتْ لِي فِي الْحُسْنِ
وَالْجَمَالِ ، قَالَتْ : فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِحَفْصَةَ ، وَكَانَتَا يَدًا
وَاحِدَةً ، فَقَالَتْ : لا وَاللَّهِ إِنْ هَذِهِ إِلا الْغَيْرَةُ
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menikahi Ummu Salamah, aku sangat sedih sekali. Karena banyak orang
menyebut kecantikan Ummu Salamah. Akupun mendekatinya untuk bisa melihatnya.
Setelah aku melihatnya, demi Allah, dia jauh-jauh lebih cantik dan lebih indah
dari apa yang aku bayangkan. Akupun menceritakannya kepada Hafshah – mereka
satu kubu – kata Hafshah, “Tidak perlu cemas, demi Allah, itu hanya karena
bawaan cemburu.” (Thabaqat Al-Kubro Ibn Sa’d, no. 9895)
Beliau wafat tahun 59 H, ada yang mengatakan, 62
H, di usia 84 tahun dan dimakamkan di Baqi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar